SUKADANA- Pandemi Covid-19 yang membuat dilakukannya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang dilaksanakan sejumlah daerah guna mengurangi mobilitas masyarakat untuk menekan angka kasus Covid-19 agar tidak kembali melonjak tajam memberikan dampak positif bagi sebagian kalangan masyarakat.
Salah satu warga Desa Sesahan Jaya, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Kayong Utara yang juga merupakan peternak madu kelulut Wenny mengatakan semenjak pandemi Covid-19 melandak Indonesia dan diterapkannya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di sejumlah daerah di pulau Jawa dan Kalimantan serta beberapa daerah lainya pemesanan madu kelulut yang ia ternaki mengalami lonjakan permintaan yang cukup tinggi oleh para konsumen.
Dengan semakin banyaknya tingkat permintaan yang tidak hanya datang dari pulau Kalimantan Barat tetapi juga wilayah Jawa dan Jakarta membuat petani madu kelulut kewalahan untuk memenuhi pesanan para konsumen.
“Selama pandemi ini Alhamdulilah pesanan terus meningkat, tapi terkendala dengan banyaknya stok. Karna stoknya terbatas jadi kami sekarang kekurangan pasokan madu untuk pesanan para pelanggan,” jelas Wenny Senin (26/7/2021).
Wenny menambahkan dalam beternak madu kelulut, sejumlah kendala juga kerap ia jumpai. Salah satu yang paling mempengaruhi banyak sedikitnya madu yang dihasilkan adalah faktor perubahan cuaca.
Ia mengatakan jika cuaca kerap hujan membuat produksi madu yang dihasilkan cendrung menurun. Sebaliknya jika cuaca panas maka produksi madu yang dihasilkan cukup banyak. Sehingga hal ini menurutnya menjadi kendala tersendiri bagi peternak madu seperti dirinya dalam memenuhi permintaan konsumen jika dalam masa cuaca tidak bersahabat.
“Kalau untuk banyak madu perbulannya kalau misalnya hari panas musim curah hujan agak kurang bisa sampai 20 hingga 25 botol perbulan tapi kalau musim penghujan bisa paling-paling maksimal 10 botol,” tambahnya.
Wenny mengaku sudah 3 tahun lamanya dirinya merintis usaha madu kelulut tersebut. Untuk harga yang ditawarkan mulai dari Rp. 100.000 rupiah perbotol ukuran 250 Mili. Dimana perbulannya ia mampu menjual mulai dari 200 sampai 300 botol madu.
“Untuk harga Rp. 100.000 perbotol. Biasa dalam sebulan laku hingga 200 sampai 300 botol,” ungkapnya.
Madu kelulut sendiri dikenal memiliki nutrisi penting dengan kandungan anti oksidan tinggi dengan senyawa flafonoid, karotenoid dan fenolik yang dihasilkan lebah tanpa sengat (stingless bee) yakni lebah Trigona Itama dan Trigona Thoracicia.
Adapun mamfaat dari mengkonsumsi madu kelulut ini diantaranya madu yang bersifat antiradang, dapat mengontrol berat badan, bermamfaat bagi penderita diabetes, berpotensi sebagai antikangker, bersifat antimikroba dan sejumlah mamfaat lainya.
Madu kelulut produksi para peternak di Desa Sesahan Jaya, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Kayong Utara saat ini tidak hanya dijual di wilayah seputaran Kalimantan Barat saja melainkan sudah menembus wilayah Jawa, dan Jakarta hingga wilayah lainnya di Indonesia.
“Kalau para konsumen tidak hanya berasal dari Kalimantan Barat saja. Namun juga saat ini sudah menembus wilayah Jawa dan Jakarta,” pungkas Weny (Red).