BENGKAYANG- Seorang jurnalis perempuan Bengkayang, Narwati berhasil memenangkan lomba karya tulis ilmiah (LKTI) di tingkat nasional. Pengumuman pemenang dilakukan Sabtu sore (5/6/2021) via virtual.
Jurnalis yang berkerja sebagai Reporter di Media Suara Pemred Kalbar ini berhasil masuk finalis dan menjadi juara satu (1). LKTI tersebut digelar oleh Badan Penelitian Pusat (Balitpus) PDI Perjuangan dalam memperingati HUT PDI Perjuangan ke-48, Bulan Bung Karno dan Memperingati Hari Lingkungan Hidup tahun 2021. Lomba LKTI tersebut mengangkat tema: Politik Hijau; Sungai Jalan Perabadan.
Dalam lomba tersebut PDI-P sebagai pelopor politik hijau dengan konsennya yakni lingkungan hidup. Sementara juri lomba yakni ada Aleksander Sonny Keraf (Mantan Menteri Lingkungan Hidup kabinet Gotong Royong), I Made Urip (Ketua DPP PDI-P bidang pangan, pertanian, kehutanan dan lingkungan hidup), Willy Midel Yoseph ( Anggota DPR RI Komisi VII), Agnes Sri Poerbasari, ( Dosen Universitas Indonesia), Risma Umar (Ketua Dewan Nasional WALHI) dan Sandyawan Sumardi ( Aktivis Konservasi DAS Ciliwung).
Narwati menyatakan, dirinya ikut lomba dari kategori perempuan, dan peserta nya seluruh Indonesia. Ia juga menyebutkan sudah melewati berbagai tahapan lomba, hingga masuk finalis kemudian presentasi dan wawancara pedalaman materi oleh dewan juri.
“Yang ikut mengirim karya dari panitia tadi ada 104 karya ilmiah dari tiga kategori, ada SMA sederajat, Mahasiswa dan perempuan. Untuk yang perempuan setidaknya ada 36 karya tulis, dan puji Tuhan saya bisa masuk finalis,” ujarnya.
Masuk sebagai finalis akan di wawancara kembali untuk pedalaman materi karya tulis. ” Ada 6 orang yang masuk finalis, daya dari Bengkayang, ada dari Jakarta Pusat, Jawa Tengah, Blitar, Bali dan Depok,” ucapnya.
Narwati sempat tak percaya diri, bahwa banyak pesaing-pesiangnya lebih hebat. Namun ia tetap optimis, bahwa hasil bagian dari kerja keras. Sesuai dengan tema lomba, ia mengangkat soal lingkungan hidup, bagaimana pemanfaatan DAS sebagai sumber energi alternatif yang ramah lingkungan. Tidak secara langsung karya tulisnya tersebut menyiratkan pesan akan pentingnya menjaga sungai sebagai sumber kehidupan dan sumber energi.
“Persepektif nya sih saya angkat soal potensi DAS yang bisa dimanfaatkan untuk energi listrik sebagai solusi bagi daerah pedalaman saat ini yang belum teraliri listrik. Karena saya pikir, soal lingkungan kebanyakan kita lebih fokus pada pencemaran dan dampaknya, namun jarang sekali mengambil sisi Manfaatnya,” jelasnya.
Padahal kata ia, untuk menjaga lingkungan hidup terutama sungai, tidak hanya bicara soal penyebabnya saja. Namun bagaimana membentuk agar Masyarakat bisa sadar dulu dengan arti penting air dalam kehidupan. Jika Masyarakat sudah sadar, tentu untuk menjaga sungai dengan sendiri akan dilakukan. Dan yang pasti dilakukan dengan pendekatan dan kearifan lokal masyarakat setempat.
“Kita lihat sendiri saat ini kerusakan hutan, sungai sudah tak tertolong apabila tidak sedari dini kita mencegahnya. Dampak dari limbah rumah tangga, limbah pabrik, erosi, abrasi sungai dan banyak lagi. Kemudian hutan masif terjadi Ilegal logging, lalu kalau begitu terus ekosistem kita tidak bertahan lama lagi. Anak cucu kita akan kehilangan kehidupan yang layak kedepannya,” tambahnya lagi.
Ia menilai, ruang yang diberikan PDI-P sebagai pelopor politik hijau ini tentu sangat konsen memperhatikan lingkungan hidup, melakukan gerakan penanaman pohon dialiran sungai. Melalui karya ilmiah tersebut, ia berharap dapat menjadi acuan bagi pemerintah dalam menyelesaikan permasalah yang ada di Indonesia. Baik itu soal lingkungan hidup, infrastruktur kelistrikan, jalan dan lain-lain.
“Saya pikir semua itu ada keterkaitan. Jika sungai terawat dengan baik, hutan tetap ada maka kita tidak akan kekurangan air, kehidupan akan terus ada. Sungai bisa memberikan kehidupan, bisa dimanfaatkan sebagai energi listrik yang ramah lingkungan, seperti contoh PLTMH. Energi baru dan terbarukan ini sedang dirancang Perintah demi menjawab keterbatasan pasokan listrik di Indonesia. Semoga bisa terwujud,” harapnya.
“Intinya saya bersyukur, bisa menjadi juara. Tentu juri sudah menilai dengan baik, dan semua sangat berkompeten di bidang masing-masing. Semoga bermanfaat bagi banyak orang, dan acuan untuk menyelesaikan permasalah di Indonesia, terkhusus di Bengkayang Kalbar,” timpalnya.
Nar juga berpesan khusus kepada generasi muda agar bisa melakukan aksi-aksi untuk menyelamatkan bumi dari kerusakan hutan dan sungai untuk anak cucu kelak. Untuk menjadikan Bengkayang, Kalbar sebagai hutan penyangga tentu harus semua pihak terlibat. “Mari sama-sama merawat bumi ini, hutan dan sungai untuk kehidupan yang lebih baik kedepannya lewat talenta yang kita punya,” tutupnya. (Bin).